Kamis, 23 Agustus 2007

Kado cinta untuk Ramadhan

Oleh: kang sum

Selama kita masih bernafas, maka itulah tanda karunia yang teramat besar yang diberikan olehNya. Yang harus kita syukuri, yang harus kita pergunakan dengan baik. Perjalanan hidup yang Dia berikan adalah modal utama kita untuk menghadirkan sosok “khalifah“ di bumi ini. Sebagai apapun kita, siapapun kita, dimanapun kita berada. Seperti halnya nafas cinta yang seringkali kita agungkan, kita sematkan dihati, dijunjung tinggi dan dipelihara semurni-murninya. Cinta yang memiliki warna biru dipelupuk mata, menyejukkan kalbu, mengetarkan jiwa.

Nafas cinta yang selalu akan hidup di dalam kehidupan kita. Siapapun, kapanpun dan dimanapun kita berada, dia akan selalu menyusup kesela-sela hidup kita.

Saat kita memandang ke timur, saat langit menampakkan diri. Kita akan melihat betapa Indah mentari pagi yang perlahan namun cantik. Sedikit demi sedikit hendak berkhidmat kepada manusia.

Entah sejak kapan dan sampai kapan. Sejak bumi ini ada. Atau sampai bumi ini tiada. Yang pasti mentari itu terus bercahaya menembus lorong waktu yang terus berputar. Inilah CintaNya. Inilah RahmatNya.

Dan dihari-hari yang akan datang. Atau hari ini (jika sudah saatnya cinta itu bersemi) kita akan rasakan, betapa Cintanya diberikan sepenuhnya kepada kita. Saat kekasih menjumpai kita. Saat kekasih ikhlas mengunjungi kita. Maka dengan rasa takjub dan tawadhu’ kita persembahkan:

“kado cinta untuk Ramadhan“

Hadiah ini sudah saatnya kita berikan, dengan sejuta rasa yang menyelimuti jiwa. Ramadhanku... Ada beberapa kata yang hendak kurangkai. Ada sejuta makna yang ingin tersampai. Ketika usia beranjak dewasa. Ketika beban cinta semakin merona, bersatu menyatu padu.

Saat Ramadhan yang lalu telah berlalu. Menyisakan cinta diwaktu sahur, sebelum waktu imsak menjelang. Kisah cinta sa’at berpuasa. Berlapar-lapar; sebagai wujud cinta kepada sang kuasa, sebagai rasa diri dalam menemani saudara yang setiap hari merasa lapar. Kisah jiwa di waktu berbuka, setelah seharian merindu waktu yang dinantikan. Ada dua kenikmatan bagi hamba yang berpuasa kata Rasulullah, saat berjumpa dengan Allah dan saat berbuka puasa.

Hari ramadhan begitu panjang, diisi dengan ramainya manusia bumi bersujud selepas isya, bertaubat dan bersyukur. Diiringi lantunan ayat-ayat cinta, yang mengetarkan jiwa.

Memory rindu yang teramat dalam, menanti kekasih setahun lamanya. Menghitung hari di awal ’idul fitri. Ingin rasanya ramadhan setiap hari. Kini cinta bersemi kembali, hendak mengisi hari disisa usia kita.

Selamat datang kekasihku. Ramadhanku. Sungguh kebahagiaan yang tiada terkira yang kurasa. Dengan jiwa seluas langit. Menanti dirimu ramadhanku. Penantian yang teramat panjang, melewati hari-hari yang penuh dengan jurang kenistaan., kejahiliyahan dan kemunafikan.

Ramadhanku, semoga Dia membela diriku., menolongku, dan menguatkanku. Agar bisa bermesraan denganmu, bercinta denganmu, berkisah-kasih denganmu. Meluluhkan jiwa-jiwa kemunafikanku, menghancurkan tembok-tembok kesombonganku, melebur noda-noda dosa yang teramat berdosa. Melempar jauh fikiranku yang kotor.

Ramadhanku, saat kita berjumpa nanti. Izinkan kureguk manisnya Cintamu. Izinkan kubelai hari-harimu. Izinkan Dia merahmatiku, mengampuniku dan memberi kemenangan kepadaku. Izinkan kusempurnakan langkah hidupku agar selalu rindu berjumpa denganmu.

Ramadhanku, saat tiba harinya nanti. Kita petik selalu detik-detik hijaunya nanti. Jangan biarkan kita berpisah dan berlalu. Jangan biarkan ikatan cinta menjadi pudar.

Ramadhan, buatlah hari-hariku lebih bermakna dengan sejuta asa. Saatpun berpisah, jadilah diriku seperti benih yang merekah, bak manusia yang baru terlahir kembali. Seperti halnya mentari pagi menyinari bumi. Hangat. Sejuk dan menyejukkan.

Demikian. Kado Cinta untu Ramadhan.

” Marhaban yaa... Ramadhan... taqabballahu minna waminkum.... ”

06.00 s/d 7.15

Rabu, 22 agustus 2007

diatas hijaunya persawahan, dibawah sorot matahari pagi

Selasa, 21 Agustus 2007

Sahabat


Sahabat..

Hari-hari yang kulalui denganmu

Hari yang penuh dengan sejuta makna..

Canda, tawa kita...

Canda, tawa dipenuhi nafas-nafas cinta

Detik-detik yang kita lalui

Tak akan pudar ditelan masa

Ia akan hadir.. dan selalu hadir..

Meskipun hari terus berputar

Dan, malam terus berjalan..

Sahabat..

Setiap langkah yang kita tempuh

Selalu ada onak dan duri

Selalu ada penyedap hidup

Selalu dihiasi suka dan duka

Entah, kita pernah peduli

Atau kita enggan mengingatnya

Sahabat...

Sebening hati yang selalu kupersembahkan

mengukir hari yang kelak kita nikmati

memandang jauh kesana

Mengikis jiwa yang kian gersang

Sahabat..

Usah kau berkeluh kesah

Meratapi nasib diri

Mengigau disiang hari

Berharap seribu bintang

Sahabat...

Tak ada kata yang mudah dicerna

Tak ada kalimat yang sempat terucap

Betapa berarti hidup bersama

Meniti jiwa hendak ke syurga...

16 agustus 2007

Bayang-bayang Cinta

Subhanllah…

Tatapan indah matamu

Meluluhkan jiwaku yang telah kubenamkan dalam CintaNya

Setelah sekian kalinya

Sorot matamu menembus jiwaku

Yang asyik mendendangkan syair-syair Cinta

Bayang-bayang kesejukan cinta

Begitu lekat kurasa…

Entah sampai kapan…

Walau, telah lama kukubur dalam cintaku

Sebagai penjagaan cinta KepadaNya

Walau, indah pelangi kerap kali kurasa

Tak mudah kutebas dengan Zikir-zikir cinta kepadaNya

Bayang-bayang Cinta

Indah dan sedap memang…

Kehalusan dan keindahanNya

Mereguk relung-relung manisnya hatiku

Bayang-bayang cinta

Walau telah lama sirna

Namun cinta tetap kurasa

Selalu saja ada

Bayang-bayang Cinta

21/8/2007

Murottal

Allahuakbar!!

Jiwa bergetar…

Menghancurkan tembok-tembok hitam dalam hati

Alunan cinta yang begitu indah

Syair Ilahi bak penentram hati

Ah, sejuk kurasa dalam telinga

Merembes ke pri-pori tubuhku

Menjalar dan menggerayanginya

Ayat-ayat langit berdendang, menyusup kemata hati

Inilah RahmatNya…

Inilah CintaNya…

Kedahsyatan Huruf dan Kata, yang terangkai

Wujud kesucian ruh dan Cahayanya

Merelakan manusia-manusia bumi..

melayang jauh ke ujung langit

Ke batas waktu

menembus lorong-lorong kejahiliyahan

mengetuk pintu-pintu sang pendosa

membuat tertunduk, tersujud dan terlena akan derasnya

Cinta dan kasihNya…

Murottal Qur’ani

Menyinari malam pekat nan gelap… 21 /8/ 2007

Minggu, 19 Agustus 2007

Sujudku.. taubatku...

Butir-butir permata putih, satu persatu berjatuhan..

Suasana pun seketika menjadi teduh

Dinding kamar terasa merembes

Mengalir membasahi sajadah cinta

Kuciumi dan kucintai

Dengan segenap rasa dijiwa

Dengan setumpuk dosa dan maksiat

Kubersujud

Mengharap ampunanNya

Mengharap keridhoaanNya

Sujudku.. taubatku...

Sakit ½ jiwa

Ingin sekali kumenjerit...

Memecahkan daun telinga sunyi malam

Melolong keras menembus angan...

Menerpa bukit-bukit kejahiliyahan

Disa’at panasnya dunia,

Kian hari kian merajalela

Hati murni kian memudar... bak kisah pudarnya pesona Cleopatra.

Menjadi ½ jiwa... 1/2 hati...

Kemarahan yang memletup-letup

Siapa dan untuk siapa??

Dalam hitungan menit dan hari

Semuanya menjadi begitu hitam, kelam...

Siapa yang sanggup menjadi dokter?

Dokter penyembuh luka... luka kemarin. Sekarang. Lalu,

Entah sampai kapan???!!

Syukur


Kubersujud, bersyukur atas karunia-Mu

Atas jiwa yang Kau hembuskan

Atas nafas yang Kau berikan

Atas segala yang ada dihati dan di raga

Semua karuniMu tiada tara..yang tidak mudah kubalas..

Namun, jiwa yang berdosa

Selalu dan selalu saja . berdosa.

Namun, dzat yang maha pengampun

Selalu dan selalu saja. Mengampuni...

Kuversujud dan bersjud lagi..

Menyeka air mata dan kembali bersyukur..

Entah berapa lama lagi. Kuberdosa.

Namun, Kau selalu memberi harapan.

Kembali kubersyukur..

Tak henti...

Bersyukur kembali..